
Webinar World Sleep Day 2025: Meningkatkan Kesadaran Akan Kesehatan Tidur
Surakarta, 17 Maret 2025 – Dalam rangka memperingati World Sleep Day, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar webinar bertajuk “Make Sleep Health a Priority: A Multidisciplinary Approach to Better Sleep” pada hari Senin, 17 Maret 2025. Acara yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting ini menghadirkan para pakar di bidang kesehatan tidur dengan pendekatan multidisiplin.
Webinar ini dimoderatori oleh dua dokter spesialis, yaitu dr. Brigitta Devi Anindita Hapsari, Sp.P, dan dr. Ervina Arta Jayanti Hutabarat, Sp.N., Subsp.NGD(K). Keduanya mengarahkan jalannya diskusi agar setiap materi yang disampaikan oleh para pemateri dapat dipahami dengan baik oleh peserta.
Mengenal Lebih Dalam Gangguan Tidur - Pemateri pertama, dr. Linda Soebroto, Sp.P, membuka sesi dengan membahas gangguan tidur yang berhubungan dengan kesehatan pernapasan. Dalam materinya yang berjudul “Sleep Disorder in Respiratory Health: An Overview of Obstructive Sleep Apnea”, ia menjelaskan bahwa Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan kondisi yang umum terjadi tetapi sering tidak terdiagnosis. OSA dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur, yang berisiko memicu berbagai penyakit kronis seperti hipertensi dan penyakit jantung. Ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan gejala OSA, seperti mendengkur keras dan rasa kantuk berlebihan di siang hari, serta perlunya pemeriksaan medis bagi mereka yang berisiko.
Tantangan dalam Diagnosis dan Terapi OSA - Pemateri kedua, Prof. Dr. dr. Allen Widysanto, Sp.P. TTS, FISR, FAPSR, melanjutkan sesi dengan topik “Challenges in Diagnosis and Therapy for Obstructive Sleep Apnea”. Ia menguraikan tantangan dalam menegakkan diagnosis OSA, termasuk perlunya pemeriksaan polisomnografi sebagai standar diagnostik. Selain itu, ia juga menjelaskan berbagai pilihan terapi yang tersedia, mulai dari terapi Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) hingga intervensi bedah bagi kasus yang lebih berat. Prof. Allen menegaskan bahwa pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter paru, neurolog, psikiater, dan dokter spesialis lainnya sangat penting dalam menangani gangguan tidur ini.
Peran Sistem Saraf Pusat dalam Regulasi Tidur - Selanjutnya, dr. Yetty Hambarsari, Sp.N., Subsp.RE(K)., M.Kes., membahas aspek neurologi dalam tidurnya dengan materi berjudul “The Role of the Central Nervous System in Sleep Regulation”. Ia menjelaskan bahwa tidur merupakan proses yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai mekanisme neurologis di otak. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti cedera otak traumatis atau penyakit neurodegeneratif, dapat menyebabkan gangguan tidur kronis. Dr. Yetty menyoroti pentingnya menjaga kesehatan otak dengan pola hidup sehat dan manajemen stres yang baik guna mendukung kualitas tidur yang optimal.
Pendekatan Neurologis terhadap Insomnia - dr. R. Aj. Hanindia Riani Prabaningtyas, Sp.N., Subsp.NKI(K), membahas topik yang menarik mengenai insomnia dalam materinya “Approaching Insomnia from a Neurological Perspective”. Ia menjelaskan bahwa insomnia tidak hanya sekadar kesulitan tidur, tetapi juga bisa menjadi manifestasi dari gangguan saraf tertentu. Dalam pendekatan neurologis, insomnia sering dikaitkan dengan disfungsi neurotransmitter di otak. Ia menekankan bahwa terapi insomnia tidak cukup hanya dengan penggunaan obat tidur, tetapi juga harus melibatkan terapi perilaku kognitif dan perubahan gaya hidup.
Terapi Perilaku Kognitif untuk Gangguan Tidur - Sebagai pemateri terakhir, dr. Debree Septiawan, Sp.KJ(K), membahas terapi perilaku untuk gangguan tidur dalam sesi berjudul “Cognitive Behavior Therapy in Sleep Disorders: Good Lifestyle for Good Sleep”. Ia menjelaskan bahwa banyak kasus gangguan tidur, terutama insomnia, berhubungan dengan stres dan gangguan psikologis lainnya. Oleh karena itu, terapi perilaku kognitif (CBT) menjadi pendekatan yang efektif dalam membantu pasien mengubah pola pikir dan kebiasaan yang mengganggu tidur mereka. Dr. Debree menekankan pentingnya rutinitas tidur yang teratur, pengelolaan stres yang baik, serta membatasi paparan layar elektronik sebelum tidur untuk meningkatkan kualitas tidur.
Sebagai penutup, moderator dr. Ervina Arta Jayanti Hutabarat, Sp.N., Subsp.NGD(K), menyampaikan bahwa kesehatan tidur harus menjadi prioritas bagi semua individu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam praktik medis. Harapannya, melalui edukasi yang berkelanjutan seperti ini, masyarakat dapat lebih peduli terhadap kualitas tidur mereka dan menerapkan pola hidup sehat untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.